Seorang pembaca menulis, kalau dari 4,7 juta PNS menghabiskan biaya
perjalanan dinas sebesar Rp 23,9 Triliun (2012), maka rata-rata perorang
PNS hanya menghabiskan biaya sebesar Rp 5,1 juta rupiah. Namun yang
membuat hatinya tersayat-sayat adalah fakta ketika ia membaca perjalanan
dinas 560 orang anggota DPR yang tahun ini dianggarkan sebesar Rp 140
milliar. Kalau dibagi rata, maka setiap orang wakil rakyat yang
kaya-kaya dan senang belanja itu menghabiskan sekitar Rp 250 juta.
"Wajar" Katanya, "Bila mereka diprotes mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di luar negeri."
Perjalanan
dinas yang besar telah menjadi ciri birokrasi dan kekuasaan pasca
reformasi. Di berbagai media kita membaca, anggaran perjalanan dinas
terus dicuri orang-orang tak bertanggung jawab dengan tiket-tiket
bodong. Namun anehnya, bukan dikurangi, budget ini justru terus
diperbesar. Dari rencana semula Rp 2,9 Triliun (2009) menjadi Rp 15,2
Triliun. Lalu hanya selisih dua tahun, angkanya sudah berlipat dua tahun
ini menjadi Rp 23 triliun.
Bagaimana bangsa ini mengatasi masalah ini?
Rampingkan Semuanya
Organisasi pemerintahan yang gemuk adalah ciri pemerintahan World 1.0 yang saya bahas minggu lalu, sedangkan di era early globalization yang
ditandai dengan desentralisasi dan deregulasi, pemerintahan yang sehat
dan pro rakyat tidak memerlukan PNS dalam jumlah besar. Kalau
pemerintahan mau sehat dan rakyatnya memiliki daya juang yang tinggi,
berikan ruang yang besar pada masyarakat untuk berpartisipasi. Inilah
ideologi pemerintahan di World 2.0.
Tetapi alih-alih
menjadi ramping, di era desentralisasi ini, jumlah pejabat ditingkat
pusat justru berlipat ganda. Jumlah pejabat eselon satu dalam beberapa
tahun terakhir ini telah berlipat dua. Kalau yang diatasnya berlipat
dua, otomatis yang dibawahnya ikut berlipat- sudah begitu jumlah badan
dan komisi-komisi terus bertambah, dan maing-masing menuntut tambahan
sekretars jenderal dan deputy yang kedudukannya setara dengan eselon 1.
Dan sekarang pun ada eselon 1 dan ada eselon 1A.
Sementara
jumlahnya terus bertambah, kualitas layanan tidak membaik. Fungsi
pemerintah pusat berkurang tetapi orangnya terus bertambah. Di berbagai
daerah, masalahnya juga sama saja. Daerah-daerah terus menuntut
pemekaran, dan semua pegawai tidak tetap menuntut di PNS-kan.
Di
beberapa propinsi saya menemukan kepemimpinan-kepemimpinan buruk yang
mengakibatkan PNS adalah satu-satunya pilihan bagi kaum muda untuk
bekerja. Industri tidak digerakkan dan pertanian dibiarkan mati suri.
Padahal
sejak tahun 1990-an negara-negara yang perekonomiannya sehat telah
mengajarkan kita bahwa pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang
ramping. Ramping jumlah orangnya, dan ramping strukturnya. Negara harus
bertobat untuk mengurus semua hal kalau tidak bisa mengaturnya. Lebih
baik bekerja dengan struktur yang simpel dengan orang-orang terpilih
yang diberi gaji besar daripada menjadi semacam lembaga sosial yang
menampung pengangguran dengan gaji kecil-kecil sehingga banyak orang
mempunyai alasan untuk mengambil penghasilan di luar dari pendapatan
resmi.
Pegawai yang besar jumlahnya dengan gaji yang kecil
telah mengakibatkan tak ada kontrol dan tak ada pembinaan. Orang-orang
yang semula bagus, entah mengapa, setelah lima sepuluh tahun bekerja di
birokrasi banyak yang terkontaminasi, menjadi kurang produktif dan tidak
disiplin.
Birokrasi telah berubah menjadi organisasi yang
sangat gugup dan begitu kuat untuk melayani dirinya sendiri. Boleh
dikata apapun yang dibutuhkan para pegawai ada di tempat setiap kantor
kementerian atau badan-badan milik pemerintah, meski tidak merata dan
tergantung pada power yang mereka miliki.
Banyak kantor
kementerian yang setiap level direktorat jenderalnya memiliki balai
diklat sendiri-sendiri lengkap dengan prasarana yang hebat, namun sayang
kualitas trainernya maaf, masih perlu di upgrade kembali.
Mereka masing-masing memiliki fasilitas ruang rapat yang bagus,
termasuk vila yang besar di puncak, tetapi lebih senang menyewa kamar di
hotel. Sebagian kementerian punya lapangan sepakbola, kolam renang
dengan kualitas sedikit di bawah stadion nasional dan tentu saja
segudang fasilitas lainnya.
Kalau mau bepergian, urus
kenaikan pangkat sampai urus kematian ada seksi pembaca doa. Semuanya
lengkap ada didalam. Pendeknya, Birokrasi memiliki kemampuan melayani
atasan sendiri yang prima. Par Excellence.
Namun
keterampilan melayani keatas yang berlebihan ini tidak diikuti dengan
kemampuan melayani masyarakat dengan baik. Perijinan dan infrastruktur
justru mendapat keluhan terbesar. Belum lagi pelayanan-pelayanan rutin.
Prosesnya berbelit-belit, lama dan terkesan kurang orang, kurang
dukungan prasarana. Padahal birokrasi kita gemuk dan sudah terlalu
banyak orang. Bukankah ini sudah saatnya berbenah?
Evaluasi-Eliminasi
Merampingkan
birokrasi memang tak semudah membalikkan tangan. Apalagi
ditengah-tengah sistem politik seperti ini akan semakin besar
tantangannya. Namun apapun bentuk sistem politiknya saya kira sudah
saatnya dilakukan 3E, yaitu Evaluasi, Estimasi, dan Eliminasi.
Inilah
saatnya melakukan evaluasi apakah kita ingin terus hidup seperti ini
atau berubah. Birokrasi tak bisa diperkuat hanya melalui kepemimpinan
perseorangan. Ia harus dibongkar, bahkan dirancang ulang. Evaluasi ini
hanya meliputi 3R, yaitu Requirement,return, dan reward. Tetapi dengan sistem dan budaya yang seperti ini, umumnya evaluasi hanya dilakukan untuk mengejar kenaikan imbal jasa (reward), sedangkan kinerjanya (return) dan kualifikasi (requirement) diabaikan.
Para pemimpin hendaknya menyadari bahwa dalam setiap lembaga terjadi tiga hal berikut ini dalam pengelolaan SDM, yaitu abuse, diuse dan misuse. Intinya, hanya ada sedikit orang yang melakukan pekerjaan segudang (abuse) dan ada banyak orang yang kerjanya hampir tidak ada atau terlalu sedikit (disuse). Sementara itu, bagian terbesar pegawai di birokrasi justru mengalami misuse: Terlalu banyak orang melakukan hal yang salah.
Pengalaman
saya di birokrasi menemukan ketiga hal diatas menjadi sangat biasa
dalam pekerjaan sehari-hari. Menteri-menteri lebih sibuk mengurusi
panggilan parlemen dan melakukan perjalanan dinas atau hal-hal teknis.
Tak ada yang memikirkan kelembagaan dan masa depan kementerian. Ketika
merasa frustasi, menteri-menteri lalu memilih bekerja dengan staf-staf
khusus dan pejabat-pejabat tertentu saja, sedangkan sisanya urus diri
masing-masing.
Biaya perjalanan dinas yang membengkak bagi
saya adalah sebuah alarm peringatan bahaya, bahkan birokrasi kita telah
semakin tambun dan sibuk urus dirinya sendiri. Inilah saatnya untuk
meremajakan, melakukan transformasi mendasar untuk menciptakan pelayanan
yang lebih baik
Rhenald Kasai
Founder Rumah Perubahanl
mantap artikelnya..tcerahkan
BalasHapusSaya Fatimawati, saya menggunakan waktu ini untuk memperingatkan semua rekan saya INDONESIANS.Who yang telah terjadi di sekitar mencari pinjaman, Anda hanya harus berhati-hati. satu-satunya tempat dan perusahaan yang dapat menawarkan pinjaman Anda adalah QUALITYLOANFIRM. Saya mendapat pinjaman saya dari mereka. Mereka adalah satu-satunya pemberi pinjaman yang sah di internet. Lainnya semua pembohong, saya menghabiskan hampir 32 juta di tangan pemberi pinjaman palsu. Tapi qualityloan memberi saya mimpi saya kembali. Ini adalah alamat email yang sebenarnya mereka: qualityloanfirm@asia.com. Email pribadi saya sendiri: fatimatu.said99@gmail.com. Anda dapat berbicara dengan saya kapan saja Anda inginkan. Terima kasih semua untuk mendengarkan permintaan untuk saran saya. hati-hati
BalasHapusHalo, saya Ny. Sandra Ovia, pemberi pinjaman pribadi uang, apakah Anda berutang? Anda membutuhkan dorongan keuangan? pinjaman untuk membangun bisnis baru, untuk memenuhi tagihan Anda, memperluas bisnis Anda di tahun ini, renovasi rumah Anda dan kami juga memberikan pinjaman BITCOIN dengan suku bunga sangat rendah 2%. Anda dapat menghubungi kami melalui Email: (sandraovialoanfirm@gmail.com)
BalasHapusAnda dipersilakan ke perusahaan pinjaman kami dan kami akan memberikan yang terbaik dari layanan kami.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut