Laman

Rabu, 18 Januari 2012

Ekonomi Imlek dan Pembersihan Diri - Sindo 19 Januari 2012

Rekan sejawat saya, seorang profesor di Taiwan, mulai memelihara ikan hias. Dia beli ikan arwana ukuran sedang.Warnanya merah, dikelilingi garis-garis kuning. Profesor yang lainnya tak mau kalah, tapi ia memelihara ikan discus berwarna kuning.

Di akuarium itu ia memasang tanaman- tanaman air seperti yang sering kita lihat di sini.Ditambah batu-batuan berwarna, karang-karang kecil, pasir,dan sepotong kayu yang membuat akuarium terlihat indah. Sejak keduanya memulai itu, ratusan orang mengikutinya dan sekarang menjadi tren.

Hal serupa rupanya terjadi di negara-negara yang memiliki diaspora imigran dari China, tak terkecuali di Singapura, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Ikan-ikan hias asal Indonesia seperti arwana, discus, tetra, lohan, dan sebagainya yang berwarna merah dan kuning akan ramai diborong di tahun Naga Air yang mulai berlangsung pekan depan.

Tahun Pembersihan 
Banyak ahli ramal yang percaya (saya sendiri kurang memercayai kalau horoskop dikaitkan keberuntungan) bahwa tahun Naga Air adalah tahun cerah, meski tak sedikit yang bakal kesulitan. Setiap ramalan sudah pasti tidak lepas dari sejarah dan kepribadian peramalnya. Setiap peramal pun berinteraksi di antara mereka, dan semakin hari semakin terkait dengan orang-orang yang minta diramal.

Mereka juga berinteraksi dengan media massa dan media jejaring sosial,sehingga pastilah saling memengaruhi satu sama lain. Para peramal itu juga mengaitkan dengan apa yang baru terjadi pada 2011. Mereka mengatakan, pada 2011 banyak musibah dan banyak bisnis di dunia yang mengalami kesulitan.Seorang ahli fengsui yang banyak dikutip warga keturunan Tionghoa http://www.- qualife-fengshui.com, bahkan mengaku sempat mengingatkan setahun lalu dia melihat dua buah bintang jatuh.

Akhir tahun lalu dia menyimpulkan (tentu saja setelah kejadian) bahwa ramalannya tepat. Satu bintang itu menandakan badai tsunami yang memorak-porandakan pulau di Jepang, dan satu lagi membuat banjir besar di Thailand. Mereka mengatakan enam bulan pertama di tahun Naga Air ini keadaan ekonomi dan alam masih berat, tetapi enam bulan berikutnya, awan gelap mulai pergi.

Ramalan ini agak mirip dengan omongan seorang paranormal yang setiap tampil kelihatan agak bodoh (tapi mobilnya hebat-hebat dan kliennya orang-orang terkenal). Ia mengatakan,tahun Naga Air itu sifatnya menjernihkan, mendinginkan. ”Jadi yang sifatnya panas di tahun 2011 akan jadi tenang di tahun ini.” Seorang empu fengsui lain sepakat dengan apa yang saya baca di sebuah web, bahwa tahun Naga Air itu seperti mempertemukan tanah yang keras dengan air yang melunakkan. Tanahnya menjadi lembek.

Kalau tak kuat betul, fondasi yang tipis dapat meluluhlantakkan bangunan besar. Jadi supaya hidup aman, alam ini harus diharmoniskan.Maka dari itulah mereka menyarankan agar pengusaha memelihara ikan hias di akuarium sebanyak sembilan ekor dengan lima unsur alam: ikan, air, tanah,tanaman,dan bebatuan. Kadang saya merasa lucu juga melihat orang-orang yang memercayai ramalan-ramalan seperti ini.

Bukankah hidup ini bukan sekedar horoskop? Tetapi begitulah, lebih banyak orang yang memercayainya daripada tidak. Dulu, sewaktu membangun rumah, saya juga tidak mempercayai fengsui. Tetapi saat kedatangan tamu seorang yang mengerti fengsui, dia mengingatkan saya ”Kalau enggak dituruti, nanti rumah Bapak sulit dijual.”

Saya tetap bergeming, tetapi teman-teman saya mendesak agar diikuti saja. Belakangan ahli fengsui itu geleng-geleng kepala. ”Saya heran, rumah ini dibuat tanpa rumus fengsui, tapi sudah fengsui. Jadi tidak perlu ada yang diubah kecuali memasang gantungan yang bisa berbunyi di depan pintu,”ujarnya.

Ekonomi Imlek 
Jadi tahun Naga Air bagi sebagian orang adalah tahun pembersihan diri. Sebagai ketua Aksi (Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia) tentu saya percaya pembersihan diri dan menjadi lebih peduli itu penting. Lihat saja empat tahun terakhir ini kita disajikan tipuan-tipuan ekonomi kelas dunia yang luar biasa.

Eksekutif-eksekutif yang rakus di Wall Street tetap berpesta pora dengan bonus jutaan dolar dari biaya masyarakat pembayar pajak yang kehilangan pekerjaan garagara ulah mereka. Jago-jago keuangan, sarjana- sarjana hebat, sampai pejabat ikut-ikutan mencuri. Bahkan di New York, Detroit, Madrid, dan Paris saja kapitalisme tengah menjadi bulanbulanan demo besar gara-gara orang-orang yang rakus dan ingin cepat kaya itu.

Di Indonesia sama saja. Para politisi kehilangan respek karena mencuri uang rakyat. Belakangan rektor sebuah universitas negeri yang juga mahaguru pun dilaporkan masyarakat atas perilakunya yang menggunakan uang mahasiswa untuk urusan fitnes dan membiayai piaraannya (pets). Sudah begitu, dia pun dilindungi sejumlah menteri dan pejabat tinggi.

Bahkan ada yang bilang kerugiannya masih kecil, bagaimana kalau yang kecil itu bermuara jadi besar? Bukankah itu melanggar kepatutan? Rakyat masih harus berteriak keras untuk mendapatkan keadilan. Usaha-usaha kecil dan besar juga banyak yang masih berbohong. Belum berusia genap 5 tahun dan belum tentu bisnisnya untung, usaha baru sudah berani di franchise-kan.

Pelaku usaha yang besar sama saja, banyak yang mengambil tanah rakyat melalui tangantangan kotor. Nama-nama seperti Gayus,Nazaruddin,dan Malinda Dee menjadi headlines sepanjang hari. Setelah itu di tahun 2011 hidup kita dikuasai debt collector,preman berjubah agama,SMS sedot pulsa,tipuan melalui ATM, sampai perampasan- perampasan besar.

Jadi apalagi yang harus dilakukan kalau bukan pembersihan diri dan membangun ”giving culture”? Itu perlu dilakukan kalau Anda tak menginginkan anak-cucu sendiri menjadi korban di jalan seperti tragedi yang dialami oleh seorang anak balita yang tahun lalu ditabrak mobil di China, dan didiamkan oleh sembilan orang yang melewati anak itu setelah kejadian. Yua-Ywe, nama anak itu, akhirnya tewas beberapa hari kemudian.

Dari sebab itulah eksekutif harus bisa turut membangun bangsa dengan mengembangkan ”giving culture” sekaligus mentransformasi budaya perusahaan dari I-Centric (berpusat pada individu dengan performance management- KPI), menjadi We-Centric (berpusat pada kepentingan yang lebih luas, dengan mempertimbangkan apa akibatnya bagi kita semua).

Transformasi ini diperlukan untuk mengembalikan rasa aman dan membuat hidup ini lebih harmonis. Para ahli juga mengatakan, semakin ke sini ekonomi imlek akan semakin meriah.Di luar Asia, Imlek mulai dirayakan oleh berbagai bangsa lain. Di Amerika Serikat dan banyak negara Eropa, ornamen-ornamen imlek dan barongsai semakin kental mencuat. Bangsa-bangsa di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, juga sudah mulai bisa memetik keberuntungan dari libur panjang yang jatuh pada hari Senin besok.

Pesawat-pesawat terbang yang menjalani ruterute ke daerah-daerah tertentu di mana diaspora warga keuntungan Tionghoa berada mulai padat. Di Kuala Lumpur, saya membaca Malaysia Airlines telah menambah 32 penerbangan ekstra sebelum dan setelah perayaan Imlek untuk mengakomodasi permintaan.

Menurut harian India Today,di China sendiri, airlines dipaksa menambah 14.000 (betul, empat belas ribu) tambahan jadwal penerbangan selama festival musim semi (Imlek) berlangsung. Orang-orang Asia ini memang sedang kelebihan uang. Berbeda dengan saudara-saudara kita di Eropa dan Amerika yang selain tengah kedinginan juga kesulitan. Harap diingat, bagi orang Asia, Naga adalah simbol shio terkuat, puncak.

Naga adalah lambang dari kesejahteraan, keberuntungan, dan kemakmuran. Diramalkan, rumah-rumah sakit bersalin akan kebanjiran pasien yang ingin agar anaknya lahir pada tahun shio naga. Bahkan menurut majalah Business Week, permintaan terhadap produk-produk bayi diramalkan akan menjadi penggerak ekonomi yang penting.

Di Amerika Serikat saja, diberitakan sejak November lalu sudah di cetak uang kertas dengan tema khusus, Year of Dragon – dengan nomor seri dimulai dengan angka 8888.Uang khusus ini bisa dipesan pada www.moneyfactorystore.gov.

Akhirnya saya ucapkan selamat menyambut tahun baru Imlek. Kita semua tentu sepakat, pembersihan diri itu penting, agar tetap selamat dan sejahtera. Gong Xi Fat Chai!

Rhenald Kasali
Guru Besar Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar