Tak lama setelah seseorang menemukan beberapa gram emas di Gunung
Botak, Pulau Buru, akhir tahun lalu,tim yang saya pimpin di Desa Metar
menyimpulkan, masyarakat adat pulau terpencil ini segera memasuki era
“kutukan”.
Kata-kata yang diucapkan dalam obrolan ringan
perlahan-lahan menjadi kenyataan, saat ribuan orang datang dan ingin
mengadu nasib di Pulau Buru.Apalagi beberapa hari ini suasana begitu
mencekam menyusul keributan antara dua suku yang selama bertahun-tahun
hidup damai. Sejakemasditemukan,kapal penumpang yang datang ke pulau ini
selalu penuh sesak oleh mereka yang datang dari Sulawesi Utara,
Sulawesi Selatan, dan terakhir dari Tasikmalaya. Mereka orang yang sudah
biasa membuat lubang,masuk ke dalam, dan mengikuti “urat”emas.
Murah
sekali,hanya membayar beberapa ratus ribu rupiah mereka sudah bisa
masuk. Di pelabuhan feri di Kota Namlea,ratusan tenda liar tibatiba
berdiri, dan di tepi jalan menuju Gunung Botak mudah ditemui orang-orang
baru. Mereka menyewa rumah,membeli sepedamotordenganuangtunai, dan
menghabiskan stok makanan. Harga sepeda motor naik hingga 50%, tetapi
tetap habis terjual. Harga bahan-bahan pangan melonjak dari waktu ke
waktu, dan seperti yang pernah saya sampaikan beberapa bulan lalu, saya
membeli beras 50 kilogram seharga Rp800.000.
Itu pun
sulit didapat.Padahal tahukah Anda, Pulau Buru adalah lumbung padi
Maluku. Mengapa beras tiba-tiba habis dan harganya melonjak? Rupanya
petani kehilangan gairah mengurus sawah.Padi yang mulai menguning
dibiarkan hingga layu, dan anak-anak muda pergi ke Gunung Batok. Buruh
tani tidak ada yang mau bekerja dengan upah sama.Mereka mendapat tawaran
bayaran lebih mahal di tambang emas.
Teori Kutukan SDA
Beberapa
bulan lalu Michael L Ross, guru besar ilmu politik Universitas
California - Los Angeles,baru saja menerbitkan buku berjudul Kutukan
Minyak (The Oil Curse).Dalam buku itu ia mengacu pada Teori Kutukan SDA
(Resource Curse Theory) yang pernah dibahas ekonom Jeffrey Sachs dan
Andrew Warner. Dengan menggunakan data pada negara-negara penghasil
minyak,ia menemukan teori ini valid.
Ross menemukan,
negaranegara kaya minyak ternyata tidak demokratis, tidak stabil
perekonomiannya, dan lebih sering mengalami konflik horizontal, bahkan
mengalami perang saudara tiada akhir. Teori ini sejalan dengan teori
Kutukan SDA yang menemukan, negara-negara yang kaya sumber daya alam
justru mengalami tingkat kemiskinan tinggi, pertumbuhan ekonomi lambat,
korupsi, dan konflik-konflik kekerasan sesama warga.
Buku
Ross tentu menimbulkan pro-kontra karena belakangan ini banyak negara
penghasilminyakataupenguasa SDA ternyata bisa tumbuh dengan baik.
Seorang kritikus misalnya mempertanyakan,apakah benar Arab Saudi lebih
buruk dari Yaman, Iran lebih buruk dari Afghanistanyangtakpunya banyak
cadangan minyak, atau Venezuela lebih buruk dari Kuba? Orang-orang yang
kritis menantang argumentasi Ross dengan mencari perbandingan lain.
Kebetulan ada ahli lain yang punya cara pandang lain. Sebut saja BN
Brunschweiter dari Swiss Federal Institute of Technology dan E H Bulte
dari Oxford Center.
Keduanya menunjukkan, ketika terjadi
perang saudara melanda negara kaya SDA, dan para pengusaha (termasuk
investor asing) lari ke luar negeri, satu-satunya industri yang memacu
pertumbuhan ekonomi hanyalah SDA. “Kutukan itu lenyap bersamaan dengan
perginya investor asing,” argumentasi keduanya. Akhir Mei lalu Ross
menjawab kritik-kritik itu dengan mengatakan,di atas permukaan minyak
memang menyejahterakan suatu bangsa, tetapi secara politis di bawahnya
ada banyak masalah.
Negara-negara yang dikuasai
pemerintahan otoriter itu stabil karena dikendalikan secara ketat oleh
para “bandar” tertentu,tetapi mereka tak berniat mentransfernya menjadi
negara demokratik.Namun,bagaimana dengan Norwegia dan Kanada yang
sama-sama memiliki SDA berlimpah? Ross melihat, kedua negara itu tetap
bisa menikmati pertumbuhan ekonomi yang baik, angka kemiskinan yang
rendah dan demokrasiyangbaikkarenabirokrasinya bersih, sistem
governancenya berjalan dan kelembagaannya bekerja baik.
Nah,
bagaimana dengan daerah-daerah di negara kita yang tiba-tiba
mendapatkan temuan emas, minyak, batu bara, uranium, nikel, dan kekayaan
alam lainnya? Di sini letak masalahnya.Dengan sistem demokrasi belum
optimal, birokrasi belum tertata baik, budaya korupsi begitu kuat serta
tata nilai masyarakat belum kokoh,rakyat yang tiba-tiba terkejut dengan
ditemukannya sumber-sumber daya alam baru akan mengalami guncangan. Di
Pulau Buru,kehadiran puluhan ribu pendatang bukanlah sesuatu yang dipicu
oleh kedatangan individu yang melihat peluang.
Melainkan
ada “bandar-bandar” besar yang mampu mengorganisasi dana, informasi,
dan tenaga-tenaga ahli terampil dengan kekuatan modal. Cepat atau lambat
mereka pasti akan memengaruhi sistem politik rakyat. Mereka
mengendalikan kekuatan, di tengah-tengah masyarakat adat yang lugu dan
pemerintahan daerah yang terkejut. Dalam suasana demikian ada rakyat
yang diuntungkan secara ekonomi dengan datangnya ribuan pendatang baru
dan mereka tentu ingin mempertahankannya: rumah makan kian ramai,
penjualan makanan dan perkakas meningkat, kebutuhan perumahan dan tenaga
kerja memicu peningkatan penghasilan.
Sebagian
masyarakat adat yang ikut masuk ke dalam lubang-lubang penggalian emas
pun mendapatkan emas.Tetapi di lain pihak, tak semua orang kuat dan
mampu beralih ke tambang emas. Pegawai negeri, guru, orang tua, dan kaum
ibu yang menjaga di rumah-rumah adat hanya bisa menjadi penonton yang
tak berdaya. Mereka hanya bisa menyaksikan harga kebutuhan sehari-hari
yang melonjak tajam dan tak tersedia. Di tengah-tengah kesulitan
ekonomi,mereka menyaksikan keriangan di seputar tambang. Euforia emas
terlihat di manamana.
Anak-anak membawa wajan (periuk dari
logam) ke tepi-tepi sungai mengikuti cara kerja para pendulang.Sore
harinya sungai ramai dengan ratusan anak-anak yang bertingkah serupa
walau sesungguhnya mereka tidak tahu apa yang dilakukan. Mereka tetap
riang walau keadaan sehari-hari terasa jauh lebih tegang, dan jurang
kaya-miskin dapat memicu konflik. Demikian juga dengan dampak pencemaran
lingkungan dari penggalian,pemakaian air raksa, alat-alat berat, dan
tentu saja bahaya penyebaran penyakit seksual.
Di Mimika
kita menyaksikan pertambangan erat hubungannya dengan kedatangan
perempuan penghibur. Perilaku masyarakat berubah, penyebaran virus AIDS
pun meluas. Ini pun sudah terlihat di berbagai daerah tambang
lainnya.Tentu saja muncul di Pulau Buru. Lantas apa yang harus
dilakukan? Saya kira isu pertambangan rakyat tidak bisa dibiarkan begitu
saja agar masyarakat daerah memutuskannya sendiri. Bangsa ini harus
mencari jalan untuk segera mengatasinya.
Harus ada
ketegasan karena daerah yang baru merasakan pemerintahan dengan aparat
yang belum terbiasa mengatasi masalah seperti ini membutuhkan dukungan
berupa perangkat peraturan,cara mengatasi,dan governance.
Jadi,pertamaperludipahami, pertambangan rakyat membutuhkan keterampilan.
Artinya, harus ada tenggat waktu antara penemuan tambang dan kemampuan
masyarakat lokal mengelola kekayaan alamnya. Tenggat waktu ini adalah
pertarungan, antara pendatang dan masyarakat adat.
Kedua,
para bandar yang menguasai dana dan keterampilan tak bisa menahan
waktu. Mereka bekerja dengan modal pinjaman yang ada nilai waktunya.
Pertarungan antara keduanya menimbulkan potensi
konflik.Ketiga,kedatangan orang luar dalam waktu singkat memicu inflasi
radikal sekaligus kemiskinan. Keempat,masyarakat yang terkejut akan
mengalami perubahan gaya hidup dan peralihan profesi yang berarti akan
terjadi gangguan produksi dari sektorsektor produktif lainnya ke
tambang.
Kelima,akan terjadi kooptasi politik dari para
bandar yang menguasai tambang. Lantas siapakah “rakyat”di balik
pertambangan rakyat yang sekarang marak di manamana? Penataan
diperlukan, bimbingan apalagi, demikian pula dengan perlindungan bagi
rakyat yang sesungguhnya. “Kutukan”SDA yang tidak dikelola dengan baik
akan berakhir dengan kutukan dalam arti sebenarnya. Mengapa harus
dibiarkan sampai tereskalasi menjadi besar? ●
RHENALD KASALI
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut